Wednesday, June 12, 2013

Video Game & Violence: Apa kata mereka?

Masih dengan bahasan Video Games & Violence, kali ini saya mencoba mencari tahu pandangan peribadi setiap gamer tentang hal tersebut. Isu permainan video game yang dikaitkan dengan kekerasan di dunia nyata sebagian besar datang dari pihak di luar industri game itu sendiri, kebanyakan pengamat, maupun orang awam. Karena setiap orang pasti memiliki pendapat yang berbeda, maka ada baiknya jika kita bisa melihat kasus ini dari berbagai sudut pandang, salah satunya yang terpenting adalah dari para gamer itu sendiri.

Saya mencoba mengumpulkan pendapat-pendapat tersebut dari kuisioner yang saya sebar kepada teman-teman sesame gamer yang sudah cukup lama aktif dalam dunia permainan video game. Dari sekitar 25 responden yang terkumpul ternyata mampu memberikan jawaban yang bervariasi. 25 responden gamer dimana 60% adalah laki-laki dan 40% perempuan ini juga memiliki ketertarikan genre yang berbeda-beda. Baegitu pula pendapat mereka tentang aspek terpenting dari sebuah game.


(46% memilih RPG, 42% memilih Action-Adventure, 38% memilih Shooter sebagai genre favorit)


(62% memilih Gampelay, 19% memilih Storyline, 12% memilih Grafis sebagai aspek terpenting)

Lalu apa tanggapan mereka tentang isu video games & violence itu sendiri? Mari kita simak satu-persatu..

“Sebenernya, gimana kita sendiri dan sangat berkaitan antara VG ama Violence, yang paling sering didenger atau dulu sekitar 2007-an adalah masuk game Smackdown Series ama acara di TV sering ditonton anak-anak dibawah umur. Itu karena dari pihak TV ataupun Orang Tua gak menyensor waktu dan bagaimana didikan si orang Tua itu sendiri. ada baiknya juga Pemerintah ikut tanggung jawab, contoh maraknya Game Online sekarang seharusnya Pemerintah melalui Kemenkominfo membentuk direktorat khusus mengenai game dan ada badan khusus untuk Rating Game jangan hanya mengandalkan dari ERSB sebagai standar dalam menentukan klasifikasi game itu sendiri.” 
(Nur Ahmad, L/ 20th - Game favorit: Resident Evil & Assassin's Creed Series)

“Dari kasus yang saya baca, kebanyakan gamenya antara WWE sama Fighting, bukan? Dulu sempat pernah ada kasus anak2 melakukan tindak kekerasan gara-gara kebanyakan nonton WWE kan ya? Bukan kekerasan sih, istilahnya pengen coba-coba jadi kayak yang di TV, kalau itu benar pun juga sebenarnya game tidak salah. Game memiliki rating ESRB yang dipatenkan, game-game WWE itu untuk 13+ apalagi game fighting, biasanya 16+. Jadi... yang salah bukan game nya.”
(Lisa S. P/ 16 – Game favorit: Sims)

“Kekerasannya oleh orang dewasa juga tidak? Setahuku beritanya sering dikaitkan dengan anak-anak ya? Kalau memang anak-anak, ya, game tidak bisa disalahkan. Mereka masih kecil, masih perlu bimbingan ortu, biasanya alasannya ortu tidak bisa mengawasi, bukan alasan. Itu hanya cara orang tua untuk mengelak dari tanggung jawab mereka. Kalau yang melakukan orang dewasa, itu juga bukan salah gamenya. Sudah dewasa sudah tahu salah dan benar kalo masih dikait2in sama game rasanya nggak banget.” 
(Levi Koh, P/ 19th – Game favorit: Moodo Marble)

“It's a stupid shit, people use it only for an excuse. There are tons of gamer out there who didn't commit violence.” 
(Rai Kitaki, L/ 21th – Game favorit: Tekken)

“Sebenarnya tidak ada hubungannya ya. Kalau memang mau dihubungkan, kenapa tidak sama Tom and Jerry saja yang jelas-jelas sudah ada dari turun temurun mulai generasi saya sampai sekarang, toh juga tidak ada masalah bukan? Game itu juga memiliki Rating ESRB, tapi orang sekarang sudah tahu juga gamenya ada ratingnya, tapi tetep aja anaknya dikasih game yang bukan umurnya, game dengan rating untuk anak-anak, itu tidak banyak, kalau memang anaknya main di rental atau online, mungkin tidak akan semudah itu untuk mengawasinya, tapi, mungkin hal ini bisa diperjelas dengan menanyakan kepada anak nantinya tadi dia main apa, bagaimana rasanya, dan kalau memang dia memainkan game yang bukan pada umurnya, bisa diberitahu bahwa hal-hal yang dilakukan di dalam game itu cuma sebatas game saja. Saya dulu juga bermain dengan saudara-saudara yang bahkan masih berumur 5 tahunan, main game fighting dan no problem, asal lingkungannya mendukung, saya rasa memang tidak bisa dihubungkan antara game dan kekerasan, generasi sekarang ini generasi gamer lho, kita dari bangun sampai tidur disuguhi dengan berbagai macam game, kalau memang ada hubungannya, harusnya kekerasan dengan alasan main game sudah marak dong?” 
(Athira, P/ 21th – Game favorit: King of Fighter)

“Sama seperti film, game sudah memiliki ESRB atau sistem rating dimana setiap game sudah di rating sesuai dengan  umur. Kekerasan yang terjadi tidak bisa dikaitkan dengan game, Game adalah hobi, entertainment, dan sport. Dalam sport kadang juga muncul kekerasan, semuanya tergantung dari psikologis individu, pendidikan, dan ajaran2 norma lingkungan sekitar.”
(Nick, L/ 23th – Game favorit: Elder Scroll V Skyrim)

 Jadi pada intinya, game tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas tindak kekerasan yang terjadi di dunia nyata, namun bukan berarti juga bahwa game tidak berpengaruh sama sekali. Yang menjadi poin penting adalah, bagaimana para gamer yang menanggapi konten dari game yang mereka mainkan, dimana kondisi psikologi, didikan dan peran serta lingkungan juga mempengaruhi hal tersebut.

No comments:

Post a Comment