Masih dengan bahasan Video Games & Violence, kali
ini saya mencoba mencari tahu pandangan peribadi setiap gamer tentang hal
tersebut. Isu permainan video game yang dikaitkan dengan kekerasan di dunia
nyata sebagian besar datang dari pihak di luar industri game itu sendiri,
kebanyakan pengamat, maupun orang awam. Karena setiap orang pasti memiliki
pendapat yang berbeda, maka ada baiknya jika kita bisa melihat kasus ini dari
berbagai sudut pandang, salah satunya yang terpenting adalah dari para gamer
itu sendiri.
Saya mencoba mengumpulkan pendapat-pendapat tersebut
dari kuisioner yang saya sebar kepada teman-teman sesame gamer yang sudah cukup
lama aktif dalam dunia permainan video game. Dari sekitar 25 responden yang
terkumpul ternyata mampu memberikan jawaban yang bervariasi. 25 responden gamer
dimana 60% adalah laki-laki dan 40% perempuan ini juga memiliki ketertarikan
genre yang berbeda-beda. Baegitu pula pendapat mereka tentang aspek terpenting
dari sebuah game.
(46% memilih RPG, 42% memilih
Action-Adventure, 38% memilih Shooter sebagai genre favorit)
|
(62% memilih Gampelay, 19% memilih Storyline, 12% memilih Grafis sebagai aspek terpenting) |
Lalu apa tanggapan mereka tentang isu video games
& violence itu sendiri? Mari kita simak satu-persatu..
“Sebenernya,
gimana kita sendiri dan sangat berkaitan antara VG ama Violence, yang paling
sering didenger atau dulu sekitar 2007-an adalah masuk game Smackdown Series
ama acara di TV sering ditonton anak-anak dibawah umur. Itu karena dari pihak
TV ataupun Orang Tua gak menyensor waktu dan bagaimana didikan si orang Tua itu
sendiri. ada baiknya juga Pemerintah ikut tanggung jawab, contoh maraknya Game
Online sekarang seharusnya Pemerintah melalui Kemenkominfo membentuk direktorat
khusus mengenai game dan ada badan khusus untuk Rating Game jangan hanya
mengandalkan dari ERSB sebagai standar dalam menentukan klasifikasi game itu
sendiri.”
(Nur Ahmad, L/ 20th - Game favorit: Resident Evil &
Assassin's Creed Series)
“Dari kasus
yang saya baca, kebanyakan gamenya antara WWE sama Fighting, bukan? Dulu sempat
pernah ada kasus anak2 melakukan tindak kekerasan gara-gara kebanyakan nonton
WWE kan ya? Bukan kekerasan sih, istilahnya pengen coba-coba jadi kayak yang di
TV, kalau itu benar pun juga sebenarnya game tidak salah. Game memiliki rating
ESRB yang dipatenkan, game-game WWE itu untuk 13+ apalagi game fighting,
biasanya 16+. Jadi... yang salah bukan game nya.”
(Lisa S. P/ 16 – Game favorit:
Sims)
“Kekerasannya
oleh orang dewasa juga tidak? Setahuku beritanya sering dikaitkan dengan
anak-anak ya? Kalau memang anak-anak, ya, game tidak bisa disalahkan. Mereka
masih kecil, masih perlu bimbingan ortu, biasanya alasannya ortu tidak bisa
mengawasi, bukan alasan. Itu hanya cara orang tua untuk mengelak dari tanggung
jawab mereka. Kalau yang melakukan orang dewasa, itu juga bukan salah gamenya.
Sudah dewasa sudah tahu salah dan benar kalo masih dikait2in sama game rasanya
nggak banget.”
(Levi Koh, P/ 19th – Game favorit: Moodo Marble)
“It's a stupid
shit, people use it only for an excuse. There are tons of gamer out there who
didn't commit violence.”
(Rai Kitaki, L/ 21th – Game favorit: Tekken)
“Sebenarnya
tidak ada hubungannya ya. Kalau memang mau dihubungkan, kenapa tidak sama Tom
and Jerry saja yang jelas-jelas sudah ada dari turun temurun mulai generasi
saya sampai sekarang, toh juga tidak ada masalah bukan? Game itu juga memiliki
Rating ESRB, tapi orang sekarang sudah tahu juga gamenya ada ratingnya, tapi
tetep aja anaknya dikasih game yang bukan umurnya, game dengan rating untuk
anak-anak, itu tidak banyak, kalau memang anaknya main di rental atau online,
mungkin tidak akan semudah itu untuk mengawasinya, tapi, mungkin hal ini bisa
diperjelas dengan menanyakan kepada anak nantinya tadi dia main apa, bagaimana
rasanya, dan kalau memang dia memainkan game yang bukan pada umurnya, bisa
diberitahu bahwa hal-hal yang dilakukan di dalam game itu cuma sebatas game
saja. Saya dulu juga bermain dengan saudara-saudara yang bahkan masih berumur 5
tahunan, main game fighting dan no problem, asal lingkungannya mendukung, saya
rasa memang tidak bisa dihubungkan antara game dan kekerasan, generasi sekarang
ini generasi gamer lho, kita dari bangun sampai tidur disuguhi dengan berbagai
macam game, kalau memang ada hubungannya, harusnya kekerasan dengan alasan main
game sudah marak dong?”
(Athira, P/ 21th – Game favorit: King of Fighter)
“Sama seperti
film, game sudah memiliki ESRB atau sistem rating dimana setiap game sudah di
rating sesuai dengan umur. Kekerasan
yang terjadi tidak bisa dikaitkan dengan game, Game adalah hobi, entertainment,
dan sport. Dalam sport kadang juga muncul kekerasan, semuanya tergantung dari
psikologis individu, pendidikan, dan ajaran2 norma lingkungan sekitar.”
(Nick,
L/ 23th – Game favorit: Elder Scroll V Skyrim)
Jadi pada intinya, game tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas tindak kekerasan yang terjadi di dunia nyata, namun bukan berarti juga bahwa game tidak berpengaruh sama sekali. Yang menjadi poin penting adalah, bagaimana para gamer yang menanggapi konten dari game yang mereka mainkan, dimana kondisi psikologi, didikan dan peran serta lingkungan juga mempengaruhi hal tersebut.
No comments:
Post a Comment